REMAJA & PERMASALAHANNYA JADI PERHATIAN DUNIA
Remaja dan berbagai permasalahannya tahun ini menjadi perhatian dunia dan dijadikan isu utama dalam Peringatan Hari Kependudukan Dunia yang jatuh pada 11 Juli 2013. Di Indonesia jumlah remaja berusia 10 hingga 24 tahun sudah mencapai sekitar 64 juta atau 27,6 persen dari total penduduk Indonesia.
Jumlah remaja yang besar itu, akan menjadi
sasaran Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi mengenai kesehatan reproduksi
bagi para remaja di Indonesia.
“BKKBN akan lebih intensif lagi untuk
menyosialisasikan kesehatan reproduksi kepada remaja, karena secara umum
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi masih rendah dan usia kawin
pertama perempuan juga masih rendah yaitu 19,8 tahun (menurut SDKI
2007),” kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Prof dr Fasli Yogyakarta, Kamis (11/7).
Jumlah remaja yang besar merupakan potensi
yang besar bagi kemajuan bangsa. Namun, jika tidak dibina dengan baik
atau dibiarkan saja berkembang ke arah yang negatif, maka akan menjadi
beban bagi negara. Sementara kondisi saat ini, menurut hasil survey
indicator RPJMN tahun 2012, banyak remaja yang sudah berpacaran dan
berperilaku pacaran belebihan.
Akibatnya, menyebabkan kehamilan yang
tidak dikehendaki dan akhirnya melakukan tindakan aborsi yang tidak aman
karena pasangan remaja tersebut belum siap membangun keluarga.
Permasalahan remaja itu berkaitan dengan risiko kesehatan reproduksi
karena adanya perubahan di sekitar lingkungan hidup remaja.
Misalnya, gaya hidup kelompok sebaya yang
semakin bebas, hubungan kehidupan dalam keluarga yang semakin renggang,
tuntutan sekolah yang semakin melahirkan persaingan antarsiswa, isi
pesan media yang semakin serba boleh, dan pola hidup bermasyarakat yang
semakin individualistis atau sendiri-sendiri.
Dalam peringatan Hari Kependudukan Dunia
di Hotel Royal Ambarukmo Yogyakarta yang dibuka oleh Gubernur DI
Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X itu, Fasli mengatakan untuk
merespon masalah seputar remaja itu, BKKBN mengembangkan program Genre
(generasi berencana) bagi remaja melalui Pusat Informasi dan Konseling
Remaja dan Mahasiswa (PIK R/M) dan keluarga yang mempunyai remaja
melalui kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR).
“PIK R/M akan memberikan pelayanan
informasi dan konseling tentang pendewasaan usia perkawinan, delapan
fungsi keluarga, Triad KRR yaitu seksualitas, HIV dan AIDS, dan Napza,
keterampilan hidup, gender, dan keterampilan advolasi dan KIE,” kata
Fasli.
Sementara Badan Dunia bidang Populasi dan
Kependudukan (UNFPA) menyatakan bahwa masalah kehamilan pada remaja
harus segera diatasi karena dapat menghambat pembangunan suatu bangsa.
"Harga yang ditanggung dari kehamilan
remaja adalah hilangnya potensi termasuk pendidikan yang kian menyempit,
kurangnya kesempatan mengembangkan diri, terbatasnya pilihan hidup dan
kemiskinan yang terus menerus terjadi bagi para ibu muda dan masyarakat
di sekitarnya," kata Perwakilan UNFPA Indonesia Jose Ferraris.
Fakta yang dihimpun UNFPA secara global
menunjukkan bahwa 16 juta remaja perempuan berusia 15 hingga 19 tahun
melahirkan setiap tahunnya. Dan sembilan dari sepuluh kasus tersebut
terjadi pada gadis remaja yang sudah menikah.
Sedangkan, komplikasi dari kehamilan dan
kelahiran anak (child birth) secara terus menerus menjadi penyebab utama
kematian remaja perempuan berusia 15 hingga 19 tahun di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. “Remaja perempuan dan perempuan muda
juga menghadapi tingginya tingkat kesakitan dan kematian akibat aborsi
yang tidak aman,” ujarnya.
Pada tahun 2008, di negara berkembang
diperkirakan terdapat tiga juta aborsi yang tidak aman di kalangan
remaja berusia 15 hingga 19 tahun. “Kehamilan remaja bukan hanya
masalah kesehatan karena bila dilihat secara mendalam, hal ini berakar
pada masalah kemiskinan, ketidaksetaraan gender, kekerasan, perceraian,
ketidaksetaraan peran remaja perempuan dengan pasangan mereka,” kata
Jose.
Sumber: BKKBN
Sumber: BKKBN
0 komentar: