#OPINI EDISI 3: HAMBATAN BESAR PENDUDUK TUMBUH SEIMBANG DI TAHUN 2015

peta kepadatan penduduk
Artikel ini perlu dibahas mengingat Program Pemerintah tentang "Penduduk Tumbuh Seimbang di Tahun 2015". Hambatan-hambatan itu adalah:

Pertama, TFR kita berdasrkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, berkutat di kisaran 2,6 anak per Wanita Usia Subur (WUS). Kondisi ini tidak ada perubahan selama 5 tahun terakhir, karena berdasarkan SDKI tahun 2007 TFR kita sudah mencapai 2,6 anak per WUS. Ini berarti apabila kita menargetkan TFR 2,1 anak per WUS dibutuhkan kerja keras BKKBN dan seluruh jajarannya untuk mendongkrak capaian peserta KB baru dan menjaga kelestarian peserta KB aktif. Hal ini tentu sangat tidak mudah.

Kedua, di tengah perubahan lingkungan strategis, BKKBN khususnya di daerah sekarang menghadapi dilema terkait keterbatasan dana dan SDM. Sementara di Kabupaten/Kota dimana BKKBN telah melebur menyatu dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya pasca pemberlakuan otonomi daerah, menghadapi persoalan yang lebih pelik. Di samping keterbatasan dana dan SDM (dalam hal ini petugas lapangan KB) yang terus menyusut karena mutasi dan pensiun, juga mengalami keterbatasan dalam hal dukungan sarana dan prasarana. Mungkin tidak menjadi kendala bagi kabupaten/kota yang memiliki kekayaan sumber daya alam sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) cukup tinggi. Namun yang menjadi persoalannya adalah sebagian besar kabupaten/kota yang ada di Indonesia keadaannya kurang menguntungkan. 

Tentunya ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah bersama segenap komponen bangsa yang telah bertekad mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang di tahun 2015 mendatang. Apalagi BKKBN sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam pengendalian LPP telah menetapkan bahwa Contraceptive Prevalence Rate (CPR) -istilah lain peserta KB aktif- dengan cara modern di tahun 2014 adalah sebesar 65%, sementara sekarang ini capaiannya baru 58%. Lebih dari itu, menurunkan Unmet Need (PUS ingin ber-KB tidak terlayani) menjadi 5% sedangkan kondisi sekarang masih dalam kisaran 11%. Kemudian menurunkan Age Specific Fertility Rate (ASFR) 15-19 tahun dari 35 menjadi 30 tahun per-1000 perempuan serta meningkatkan median usia kawin pertama perempuan dari 19,8 menjadi 21 tahun. 

Namun apapun tantangannya, upaya mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang di Tahun 2015 tidak boleh terhenti. Lebih-lebih Warning terkait implikasi jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi telah kita rasakan bersama, misalnya tingginya angka pengangguran (mencapai 7,14% dari angkatan kerja 116,5juta pekerja), banyaknya penduduk miskin (31,02 juta jiwa atau 13,3% dari total penduduk), tingginya angka kematian ibu (228/100.000 kelahiran hidup), angka kematian bayi (34/1000 kelahiran hidup) dan lain-lain.

0 komentar: